Mimpi Buruk




"Kemari, Wat!" Kayatri melambaikan kedua tangannya yang panjang.

Aku berjalan ke arahnya. "Kamu lagi apa, Tri?"

"Merayakan, apalagi?"

"Apa?"

"Liat nanti," ucapnya. "Aku sambut tamu dulu, kamu tunggu di sini."

Mataku mengikuti gerakan kaki Kayatri. Kakinya yang jenjang melangkah cantik dengan sepatu berhak setinggi tujuh sentimeter. Dia merentangkan tangan menyambut seorang pria yang baru saja masuk. Mereka saling berpelukan dengan cukup lama kemudian melangkah bersama menuju kepadaku.

"Aku mengundangnya, Wat, maaf tidak memberitahumu."

Seolah kehilangan fokus akibat dehidrasi, mataku mengabur melihat Kayatri yang menggamit lengan pria itu dengan mesra.

"Angga Permana, Wat. Inget, kan?"

"Oooh, ingetlah."

"Bagaimana kabarmu, Wat?"

"Dia sangat-sangat baik, Angga. Lihat saja."

Tangan Kayatri meremas lengan Angga. "Kita harus ke sana," ajaknya sambil menunjuk ujung ruangan yang takkalah megah.

Kayatri berjalan beberapa langkah setelah melepas tangannya dari Angga.

"Para hadirin, terima kasih sudah datang dengan membawa pasangan kalian."

"Malam ini, kekasihku akan melamar dan kalian semua akan menjadi saksi, terutama sahabatku, Chloe Rahmawati."

Melamar?

"Benar, Wat. Aku pernah bilang bahwa aku bisa merebut sesuatu darimu terutama yang kamu cintai."

"Angga mencintaiku, dan aku mencintai Angga."

Sorot lampu dari sudut ruangan terarah kepadaku. Tepat sasaran dalam membidik. Seolah aku pemeran utama malam itu.

"Lihat wanita itu!" seru Kayatri. Seluruh pasang mata menatapku dengan benci.

"Aku sudah katakan, Wat, cinta tidak bisa menunggu lama bahkan itu terlalu lama," keluh Angga.

Angga dan Kayatri melangkah ke arahku diikuti seluruh tamu. Aku terhimpit. Tubuh mereka membesar kemudian perlahan menjulang tinggi.

"Aku tidak lagi mengejarmu, Wat!" Suara Angga menggema.

"Jahat!" "Sombong." "Sok cantik."
Para tamu seperti dikomandoi oleh seseorang.

"Ya! Aku mencintaimu!"

* * *
"Wat, Wat!" Pukulan kasar mendarat di lengan.

Tubuhku tertarik lalu kesadaran memenuhi otak.

"Mimpi buruk? Sampai bilang, ya aku mencintaimu. Mimpi apa? Mimpiin Angga?"

"Diem, mau tau aja. Dasar Mak Lampir, tukang rebut."

Komentar