Putri Malu itu Kayatri


Semesta meridhoi keinginan temanku yang diucapkan saat di rumah Nyai Siti.

"Wat, doaku dikabulin," bisiknya di telingaku sambil sajadah seusai ibadah.

Aku menoleh menatap matanya yang berbinar.

"Hujan deres, besok gagal olah raga. Alhamdulillah."

"Besok kan olah raga roling depan-belakang, Wat. Aku malu diperhatikan dia," jelas Kayatri lagi seolah aku meminta penjelasan.

"Oooh." Aku mengangguk. "Tri-."

"Kayatri!" sela Kayatri tidak terima dengan panggilanku. "Aku mau ngaji, biar cepat pulang."

* * * *

Bunyi peluit milik Pak Untung menggema di gedung olah raga. Pagi itu, dia memakai setelan baju olah raga serba gelap. Kaus olah raga yang sedikit gombrang melindungi dadanya yang bidang.

PRIIIIT! PRIIIIT!

"Cepat! Kita akan pemanasan," kata Pak Untung.

Siswa kelas enam dengan cepat berbaris rapi menghadap ke arah Pak Untung yang menjadi maskot sekolah SD SUKA MULIA.

"Ikuti gerakan saya!"

Tanpa arahan lagi, mereka mengikuti gerakan Pak Untung sambil berhitung.

"Okeh, kita olah raga di sini karena lagi hujan," katanya setelah tarikan napasnya teratur. "Penilaian roling depan dan roling belakang."

Pak Untung memanggil teman-temanku satu per satu hingga tibalah waktunya.

"Kayatri, silakan!"

Sementara Kayatri di sebelahku menghela napas. "Lupa, sekolah kita punya gedung serbaguna, Wat."

Dengan gerakan kaku juga menahan berat badan, Kayatri mencoba menggulingkan tubuhnya di atas matras mempraktikkan gerakan roling depan. Nahas, dia hanya bisa menggulingkan tubuhnya ke sisi matras meskipun mencobanya berulang kali.

"Kayatri! Lakukan yang benar," pinta Pak Untung.

Percobaan terakhir Kayatri tetap gagal bahkan kedua kakinya nyaris menghantam wajah Santi si muka judes.

"Fokus, Tri, Fokus!"

Kayatri terpaksa mengangkat tubuhnya dari matras lalu berdiri, wajahnya memerah. "Saya malu, Pak, ada Firman!"

Dia melangkah meninggalkan arena matras. Namun, setelah beberapa langkah ayunan kakinya terhenti kemudian berbalik.

"Jangan panggil saya TRI! Tapi KAYATRI, Pak!" teriaknya lalu melangkah cepat hingga rambutnya yang dikucir kuda bergerak melayang.

Aku berdiri kemudian mengejarnya. "TRI!"

"Oops, Kayatri!"

Bagaiamana nasib Kayatri?

Komentar