Postingan

Mimpi Buruk

Gambar
"Kemari, Wat!" Kayatri melambaikan kedua tangannya yang panjang. Aku berjalan ke arahnya. "Kamu lagi apa, Tri?" "Merayakan, apalagi?" "Apa?" "Liat nanti," ucapnya. "Aku sambut tamu dulu, kamu tunggu di sini." Mataku mengikuti gerakan kaki Kayatri. Kakinya yang jenjang melangkah cantik dengan sepatu berhak setinggi tujuh sentimeter. Dia merentangkan tangan menyambut seorang pria yang baru saja masuk. Mereka saling berpelukan dengan cukup lama kemudian melangkah bersama menuju kepadaku. "Aku mengundangnya, Wat, maaf tidak memberitahumu." Seolah kehilangan fokus akibat dehidrasi, mataku mengabur melihat Kayatri yang menggamit lengan pria itu dengan mesra. "Angga Permana, Wat. Inget, kan?" "Oooh, ingetlah." "Bagaimana kabarmu, Wat?" "Dia sangat-sangat baik, Angga. Lihat saja." Tangan Kayatri meremas lengan Angga. "Kita harus ke sana," ajaknya sambil menunjuk ujung ruangan...

Putri Malu itu Kayatri

Gambar
Semesta meridhoi keinginan temanku yang diucapkan saat di rumah Nyai Siti. "Wat, doaku dikabulin," bisiknya di telingaku sambil sajadah seusai ibadah. Aku menoleh menatap matanya yang berbinar. "Hujan deres, besok gagal olah raga. Alhamdulillah." "Besok kan olah raga roling depan-belakang, Wat. Aku malu diperhatikan dia," jelas Kayatri lagi seolah aku meminta penjelasan. "Oooh." Aku mengangguk. "Tri-." "Kayatri!" sela Kayatri tidak terima dengan panggilanku. "Aku mau ngaji, biar cepat pulang." * * * * Bunyi peluit milik Pak Untung menggema di gedung olah raga. Pagi itu, dia memakai setelan baju olah raga serba gelap. Kaus olah raga yang sedikit gombrang melindungi dadanya yang bidang. PRIIIIT! PRIIIIT! "Cepat! Kita akan pemanasan," kata Pak Untung. Siswa kelas enam dengan cepat berbaris rapi menghadap ke arah Pak Untung yang menjadi maskot sekolah SD SUKA MULIA. "Ikuti gerakan saya!" Tanpa arahan ...

Mati Rasa

Gambar
                          Rindu berlari menghampiri ponselnya yang berbunyi di atas meja, kemudian membaca nama yang muncul di layar lalu menempelkan ponselnya di telinga. “Halo, Dion?” tanyanya ceria. Ia tersenyum lebar meskipun Dion sama sekali tidak melihat. “Besok? Tentu saja, hari Valentine. Ada apa?” Rindu terkesiap mendengar pertanyaannya sendiri. Bodoh, kenapa harus tanya? Pasti Dion mengajakku ngedate? Rindu segera memperbaiki ucapannya. “Maksudku, kau ingin kita pergi?” tanya Rindu hati-hati. Ia takut kalau Dion kecewa mendengar ucapannya tadi. Mata Rindu berbinar. Tangannya menggenggam tepi meja dengan kuat. “Kapan?” tanya Rindu lagi. Ia menghampiri sofa dan duduk di sana. Seketika ia lemas bahkan duduknya tidak sekuat tadi. Sofa licinnya membiarkan tubuhnya nyaris memerosot. “Sayang sekali, aku tidak bisa membatalkan. Grandma akan datang.” Rindu mendengar embusan napas Dion di p...